Monday, 6 March 2017

ANALISIS PENGARUH BUDAYA ORGANISASI PADA KINERJA PERUSAHAAN (Studi Kasus Organisasi Nirlaba)

ANALISIS PENGARUH BUDAYA ORGANISASI PADA KINERJA PERUSAHAAN
(Studi Kasus Organisasi Nirlaba)
Disusun Oleh
Bintang Mukhammad B A
Henri Simajuntak
Iik Yani Hidayati
Pamian Siregar
Magister Manajemen
SEKOLAH BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016


LATAR BELAKANG
Pendahuluan
Sumber Daya Manusia merupakan elemen yang sangat penting dalam pengelolaan suatu organisasi, maka diperlukan pengelolaan yang baik demi kelangsungan organisasi mencapai tujuan sesuai yang diharapkan. Kekuatan sumber daya manusia dibentuk oleh sifat dan karakter yang melekat pada individu-individu serta lingkungan di mana ia berada. Suatu organisasi tentunya mempunyai tujuan yang sudah ditetapkan, dan menjadi  kewajiban anggota organisasi untuk mencapainya sebagaimana yang telah disepakati bersama. Hasil yang dicapai oleh organisasi  sangat erat kaitannya dengan kinerja pengawai yang ada di dalamnya.
Kinerja dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh seorang karyawan selama periode waktu tertentu pada bidang pekerjaan tertentu. Seorang karyawan yang memiliki kinerja yang tinggi dan baik dapat menunjang tercapainya tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Untuk dapat memiliki kinerja yang tinggi dan baik, seorang karyawan dalam dua melaksanakan pekerjaannya harus memiliki keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan pekerjaan yang dimilikinya.
Dalam meningkatkan kinerja karyawannya, perusahaan menempuh beberapa cara, misalnya, melalui pendidikan , pelatihan, pemberian kompensasi yang layak, menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, dan pemberian motivasi. Melalui proses-proses tersebut, karyawan diharapkan akan lebih memaksimalkan tanggung jawab atas pekerjaan mereka karena para karyawan telah terbekali oleh pendidikan dan pelatihan yang tentu berkaitan dengan implementasi kerja mereka. Sedangkan pemberian kompensasi, lingkungan kerja yang baik, serta pemberian motivasi pada dasarnya adalah hak para karyawan dan tiga merupakan kewajiban dari pihak perusahaan untuk mendukung kontribusi para karyawan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Pada kenyataanya, kinerja karyawan pada suatu perusahaan tidak semuanya mencapai target. Penyebab utama perusahaan tidak tercapainya target yang diinginkan dikarenakan sumber daya manusia dan manajemen dalam perusahaan yang kurang. Untuk pembagian tugas antara karyawan satu dan yang lain tidak adil, sebagai contoh karyawan 4 pada bidang tertentu begitu sibuk dengan pekerjaannya dan mungkin akan lembur untuk menyelesaikan pekerjaannya, guna memenuhi target dan meningkatkan produktivitas perusahaan. Sedangkan karyawan pada bidang yang berbeda tidak begitu mempunyai pekerjaan banyak, bahkan banyak waktu yang dihabiskan untuk bersantai.
Dalam organisasi sangat erat budaya organisasi. Budaya organisasi yaitu nilai dan kepercayaan yang menjadi titik pusat organisasi. Budaya organisasi ini dibangun dari kepercayaan yang dipegang teguh secara mendalam tentang bagaimana organisasi seharusnya dijalankan atau beroperasi (Anthony, 1998).
 Konsep budaya organisasi dapat merupakan suatu pola dari asumsi-asumsi dasar yang ditemukan, diciptakan atau dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu dengan maksud agar organisasi belajar mengatasi atau menanggulangi masalah-masalah yang timbul sebagai akibat adaptasi eksternal dan integrasi internal yang sudah berjalan cukup baik. Budaya organisasi memiliki fungsi penting dalam dinamika organisasi, misalnya memberikan identitas organisasi bagi para warga/anggota, membentuk memantapkan struktur dan kontrol, membantu dalam proses-proses sosialisasi mengenai kebiasaan serta tradisi-tradisi yang dianut oleh suatu organisasi, dan membentuk, memperkuat rasa kebersamaan, kesatuan, dan loyalitas di antara sesama warga/anggota organisasi (Schein, 1992).
Peranan budaya organisasi dalam menciptakan karyawan untuk dapat memiliki kinerja tinggi. Dalam kasus ini akan membahas hubungan antara budaya organisasi pada organisasi non profit yang mempengaruhi kinerja.

Perumusan Masalah
            Pada dasarnya setiap organisasi menginginkan kinerja yang terbaik dari para anggota. Namun pada dasarnya organisasi memiliki dua tipe yaitu organisasi profit dan non profit . Perbedaan inti dari keduanya sebenarnya terletak dari sumber pendanaan dari organisasi.
            Organisasi nirlaba atau non profit adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal didalam menarik perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak komersil, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba. Organisasi nirlaba meliputi gereja, sekolah negeri, derma politik, rumah sakit dan klinik public, organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal perundang-undangan, asosiasi professional, institute riset, museum, dan beberapa para petugas pemerintah.
            Didalam organisasi non profit sangat erat berhubungan dengan budaya organisasi. Permasalahnya adalah pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja para anggota organisasi pada organisasi non profit.

TINJAUAN PUSTAKA

Personal Values
Para ahli filsafat dan ilmuan-ilmuan sosial telah mengetahui mengenai pentingnya nilai-nilai (values) dalam ilmu sosial, namun para cendekiawan bisnis belum banyak yang mengakui bagaimana pentingnya. nilai-nilai bagi individu, sosial, dan perubahan sosial (Kahle dan Kenedy, 1989). Pengaruh konsep nilai-nilai personal terhadap perilaku telah diteliti dalam beberapa disiplin ilmu misal bidang pemasaran (Kahle et. al, 1986) dan bidang psikologi (Rokeach, 1973). Nilai-nilai personal mempunyai pengaruh pada perilaku seseorang melalui sikap, kemudian berpengaruh pada perilaku akhir mereka sebagai konsumen (Homer dan Kahle, 1988).  Menurut Assael (1984) nilai memiliki atribut dengan karakter sebagai berikut: 1. Nilai dipelajari dari masyarakat sehingga nilai merupakan bagian dari masyarakat. 2. Nilai ditransfer dari satu masyarakat ke masyarakat yang lain. 3. Sebuah sistem nilai dimanifestasikan oleh seperangkat norma yang mengatur perilaku. 4. Nilai bersifat stabil dan dinamis dan evolusinya ditandai dengan siklus panjang. 5. Nilai juga dimiliki oleh individu dari kelompok sosial yang sama.

Budaya Organisasi
Menurut Davis (dalam Lako, 2004: 29) budaya organisasi merupakan pola keyakinan dan nilai-nilai organisasi yang dipahami, dijiwai dan dipraktekkan oleh organisasi sehingga pola tersebut memberikan arti tersendiri dan menjadi dasar aturan berperilaku dalam organisasi. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Mangkunegara (2005: 113) yang menyatakan bahwa budaya organisasi adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilai, dan norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan internal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi merupakan pola keyakinan dan nilai-nilai organisasi yang diyakini dan dijiwai oleh seluruh anggotanya dalam melakukan pekerjaan sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan, dan merasakan terhadap masalah-masalah terkait, sehingga akan menjadi sebuah nilai atau aturan di dalam organisasi tersebut.
Beberapa ahli mengemukakan elemen budaya organisasi, seperti Denison (1990) antara lain : nilai-nilai, keyakinan dan prinsip-prinsip dasar, dan praktek-praktek manajemen serta perilaku. Serta Schein (1992) yaitu : pola asumsi dasar bersama, nilai dan cara untuk melihat, berfikir dan merasakan, dan artefak.

Kinerja Perusahaan
            Landasan yang sesungguhnya dalam suatu organisasi adalah kinerja. Jika tidak ada kinerja maka seluruh bagian organisasi, maka tujuan tidak dapat tercapai. Kinerja perlu dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi pemimpin atau manajer. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip dan diterjemahkan oleh Hadari Nawawi (2006: 63) mengatakan bahwa “Kinerja adalah (a) sesuatu yang dicapai, (b) prestasi yang diperlihatkan, (c) kemampuan kerja”. Definisi lain mengenai kinerja menurut Hadari Nawawi (2006: 63) adalah “Kinerja dikatakan tinggi apabila suatu target kerja dapat diselesaikan pada waktu yang tepat atau tidak melampui batas waktu yang disediakan”. Kinerja menjadi rendah jika diselesaikan melampui batas waktu yang disediakan atau sama sekali tidak terselesaikan.
            Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2006: 94) menjelaskan bahwa “Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta waktu”. Sedangkan menurut Suyadi Prawirosentono (2008: 2) “Kinerja atau dalam bahasa inggris adalah performance”, yaitu: Hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
Adapun indikator kinerja karyawan menurut Guritno dan Waridin (2005) adalah sebagai berikut :
a.       Mampu meningkatkan target pekerjaan.
b.      Mampu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.
c.       Mampu menciptakan inovasi dalam menyelesaikan pekerjaan.
d.      Mampu menciptakan kreativitas dalam menyelesaikan pekerjaan.
e.       Mampu meminimalkan kesalahan pekerjaan.

Organisasi Non Profit
            Organisasi nirlaba atau organisasi non-profit adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal didalam menarik perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak komersial, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter). (Komang, 2008) Karakter dan tujuan dari organisasi non-profit menjadi jelas terlihat ketika dibandingkan dengan organisasi profit. Organisasi non-profit berdiri untuk mewujudkan perubahan pada individu atau komunitas, sedangkan organisasi profit sesuai dengan namanya jelas-jelas bertujuan untuk mencari keuntungan. Organisasi non-profit menjadikan sumber daya manusia sebagai asset yang paling berharga, karena semua aktivitas organisasi ini pada dasarnya adalah dari, oleh dan untuk manusia. (Komang, 2008)
Organisasi profit memiliki kepentingan yang besar terhadap berkembangnya organisasi nirlaba. Dari organisasi inilah sumber daya manusia yang handal terlahir, memiliki daya saing yang tinggi, aspek kepemimpinan, serta sigap menghadapi perubahan. Hampir diseluruh dunia ini, organisasi nirlaba merupakan agen perubahan terhadap tatanan hidup suatu komunitas yang lebih baik. Daya jelajah mereka  menyentuh pelosok dunia yang bahkan tidak bisa terlayani oleh organisasi pemerintah. Kita telah saksikan sendiri, bagaimana efektifnya daya jelajah organisasi nirlaba ketika terjdi bencana tsunami di Aceh, ratusan organisasi nirlaba dari seluruh dunia seakan berlomba membuat prestasi tehadap proyek kemanusiaan bagi masyarakat Aceh. (Komang, 2008).


Penelitian Organisasi Non Profit
            Pada penelitan yang dilakukan oleh jose carlos dengan mengunakan sample sebanyak 143 organisasi kesehatan dengan mengunakan alat analisis SEM. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa budaya organisasi memiliki pengaruh terhadap kinerja  para anggota organisasi. Hal ini disebabkan nilai-nilai tersebut berpengaruh pada pembentukan sikap dan perilaku para anggota dalam rangka mencapai tujuan organisasinya.
            Hasil penelitian yang dilakukan Dwi Agung (2013) terkait pengaruh kedisiplinan, lingkungan kerja dan budaya kerja terhadap kinerja tenaga pengajar, dimana mengunakan sample sebanyak 30 orang yang dilakukan dengan regresi linier berganda. Menyatakan bahwa budaya kerja merupakan faktor yang memiliki pengaruh positif (signifikan) terhadap kinerja tenaga pengajar di Yayasan Pendidikan Luar Biasa.
Penelitian oleh penelitian dari Julianti (2010) yang menyatakan bahwa budaya kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Budaya kerja yang kuat dapat menciptakan suasana kerja yang kondusif sehingga kualitas kerja akan meningkat dan merupakan kunci keberhasilan bagi suatu organisasi, di mana keberhasilan organisasi menjadi satu indikator kepuasan kerja karyawan.
Pada penelitian yang dilakukan agus terkait pengaruh budaya terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit Wijaya Lumajang. Hasilnya bahwa budaya organisasi memiliki pengaruh positif terhadap kinerja karyawan terutama perawat. Hal ini dapat ditunjukkan dari konsep budaya dasar organisasi Rumah Sakit yaitu pelayanan dirasa sudah cukup terpenuhi dengan penanganan yang tanggap oleh perawat Rumah Sakit Wijaya Kusuma Kabupaten Lumajang.

KERANGKA PEMIKIRAN
Budaya perusahaan dapat dilihat dari nilai-nilai yang terkandung di dalam perusahaan, dimana nilai-nilai tersebut merupakan acuan bagi karyawan dalam berperilaku untuk mencapai tujuan perusahaan. Budaya perusahaan yang telah disosialisasikan diharapkan dapat meningkatkan kinerja karyawan. Selain budaya perusahaan, tingkat stressors kerja yang dirasakan oleh karyawan juga akan mempengaruhi kinerja karyawan.




HASIL & PEMBAHASAN
           
            Setiap organisasi tentunya memiliki definisi yang berbeda-beda mengenai budaya organisasi. budaya organisasi adalah sistem nilai bersama dalam suatu organisasi yang menentukan tingkat upaya anggota dalam melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan organsasi. Budaya orgnisasi juga didefinisikan sebagai suatu nilai-nilai yang memedomani sumber daya manusia dalam menghadapi permasalahan eksternal dan upaya penyesuaian integrasi ke dalam perusahaan, sehingga masingmasing anggota organisasi harus memahami nilai-nilai yang ada serta mengerti bagaimana bagaimana mereka harus bertingkah laku.
Semua sumber daya manusia harus dapat memahami dengan benar budaya organisasinya, karena pemahaman ini sangat berkaitan dengan setiap langkah atau pun kegiatan yang dilakukan, baik perencanaan yang bersifat strategis dan taktikal maupun kegiatan implementasi perencanaan di mana setiap kegiatan tersebut harus berdasar pada budaya organisasi.
            Kesinambungan organisasi sangat bergantung pada budaya yang dimiliki. Budaya organisasi dapat dimanfaatkan sebagai daya saing andalan organisasi dalam menjawab tantangan dan perubahan. Budaya organisasipun dapat berfungsi sebagai rantai pengikat dalam proses menyamakan persepsi atau arah pandang anggota terhadap kekuatan dalam pencapaian tujuan organisasi. Beberapa manfaat budaya organisasi :
1.      Membatasi peran yang membedakan antara organisasi yang satu dengan organisasi lain karena setiap organisasi mempunyai peran yang berbeda sehingga perlu memiliki akar budaya yang kuat dalam sistem dan kegiatan di dalamnya.
2.      Menimbulkan rasa memiliki identitas bagi anggota. Dengan budaya yang kuat, anggota organisasi akan merasa memiliki identitas yang merupakan ciri khas organisasinya.
3.      Mementingkan tujuan bersama dari pada mengutamakan kepentingan individu.
4.      Menjaga stabilitas organisasi; komponen-komponen organisasi yang direkatkan oleh pemahaman budaya yang sama akan membuat kondisi internal organisasi relatif stabil.
Keempat fungsi tersebut menunjukkan bahwa budaya dapat membentuk perilaku dan tindakan anggota di dalam menjalankan aktivitasnya. Oleh karena itu nilai-nilai yang ada dalam organisasi perlu ditanamkan sejak dini pada diri setiap anggota. Organisasi bersifat profit dan non profit akan dapat berjalan dengan baik jika memiliki dan dapat menerapkan budaya organisasi. Sehingga dapat termanifestasikan dalam kegiatan beroganisasi.
Produktivitas kerja merupakan suatu konsep yang menunjukkan adanya kaitan output dengan input yang dibutuhkan seorang tenaga kerja untuk menghasilkan produk. Pengukuran produktivitas dilakukan dengan melihat jumlah output yang dihasilkan oleh setiap pegawai selama sebulan. Seorang pegawai dapat dikatakan produktiv apabila ia mampu menghasilkan jumlah produk yang lebih banyak dibandingkan dengan pegawai lain dalam waktu yang sama.
Dapat dikatakan bahwa produktivitas adalah perbandingan antara hasil dari suatu pekerjaan karyawan dengan pengorbanan yang telah dikeluarkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sondang P. Siagian bahwa produktivitas adalah kemampuan memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari sarana dan prasarana yang tersedia dengan menghasilkan output yang optimal bahkan kalau mungkin yang maksimal. Produktivitas pada hakekatnya meliputi sikap yang senantiasa mempunyai pandangan bahwa metode kerja hari ini harus lebih baik dari metode kerja kemarin dan hasil yang dapat diraih esok harus lebih banyak atau lebih bermutu daripada hasil yang diraih hari ini. Faktor  yang  mempengaruhi  produktivitas kerja
1.      Beban kerja
Berhubungan langsung dengan beban fisik, mental maupun sosial yang mempengaruhi tenaga kerja sehingga upaya penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan.
2.      Kapasitas kerja
Kapasitas kerja adalah kemampuan seseorang untuk menyelesaikan pekerjaannya pada waktu tertentu. Kapasitas kerja sangat bergantung pada jenis kelamin, pendidikan, ketrampilan, usia dan status gizi.
3.      Beban tambahan akibat lingkungan kerja
Lingkungan kerja yang buruk akan memberikan dampak yang buruk juga berupa penurunan produktivitas kerja, antara lain:
  • Faktor fisik seperti panas, iklim kerja, kebisingan, pencahayaan, dangetaran.
  • Faktor kimia seperti bahan- bahan kimia, gas, uap, kabut, debu, partikel.
  • Faktor biologis seperti penyakit yang disebabkan infeksi, jamur, virus, dan parasit.
  • Fisiologis, letak kesesuaian ukuran tubuh tenaga kerja dengan peralatan, beban kerja, posisi dan cara kerja yang akan mempengaruhi produktivitas kerja.
  • Faktor psikologis, berupa kesesuaian antara hubungan kerja antar karyawan sendiri, karyawan atasan, suasana kerja yang kurang baik serta pekerjaan yang monoton.

Budaya organisasi yang baik apabila bersifat global namun tidak general. Hal ini disebabkan adanya perbedaan jenis dan sifat dari organisasi tersebut. Dalam implementasi penerapan budaya organisasi sering sekali menghadapi kendala seperti :

·         Perbedaan dasar budaya dari organisasi.
·         Para pekerja yang belum memiliki keyakinan yang sama terkait dengan budaya yang diterapkan oleh organisasi.


Dari hal diatas sebaiknya para perancang budaya organisasi harus mengetahui dasar nilai-nilai dasar dari organisasi.
Berdasarkan banyak penelitian sebelumnnya, terkait hubungan budaya organisasi mempengaruhi kinerja adalah sebuah yang dapat dibenarkan. Apabila budaya organisasi yang ada, didasarkan pada:
·         Nilai-nilai budaya organisasi di anut secara bersama oleh seluruh pimpinan dan anggota organisasi.
·         Nilai-nilai budaya mempengaruhi perilaku pemimpin dan anggota organisasi.
·         Membangkitkan semangat perilaku pimpinan dan anggota organisasi
·         Resisten (kuat) terhadap tantangan eksternal dan internal.
·         Mempuyai sistem peraturan formal dan informal.
·         Mempunyai koordinasi dan kontrol perilaku.

Variabel Budaya yang Mempengaruhi Kinerja

            Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan. Dapat dilihat bahwa terdaat beberapa variabel terkait budaya yang dapat mempengaruhi kinerja dari sebuah organisasi. Adapun variabel tersebut yaitu  : variabel adaptasi, variabel misi, variabel konsistensi, dan variabel keterlibatan. Berdasarkan beberapa penelian terkait pengaruh budaya pada kinerja. Dapat dikatakan bahwa budaya organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja dari anggota .

KESIMPULAN

Banyak organisasi saat ini dituntut untu mengedepankan penanaman nilai-nilai ungul perusahaan melalui pemahaman mengenai budaya organisasi. Dalam implementasinya sebuah organisasi menyakini ketika budaya organisasi telah tertanam pada anggotanya maka kinerja yang akan diberikan  akan dapat untuk membantu dalam pencapaian tujuan organisasi.
Budaya organisasi memiliki peran yang sangat strategis untuk mendorong dan meningkatkan efektivitas organisasi pada umumnya, dan khususnya kinerja karyawan yang berkerja di dalam suatu organisasi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Peran budaya organisasi adalah sebagai alat untuk menentukan arah organisasi, mengarahkan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan karyawan, bagaimana mengalokasikan dan mengelola sumber daya organisasi, dan juga sebagai alat untuk menghadapi masalah dan peluang dari lingkungan organisasi. Keberhasilan dalam pembentukan budaya organisai yang sesuai dengan kondisi saat ini tergantung pada peran pemimpin dalam mengkoordinasi, menggerakkan, dan menyelaraskan semua sumber daya manusia yang ada diorganisasi tersebut.
Suatu organisasi itu harus mempunyai budaya organisasi yang kuat sampai berakar, sehingga mengakibatkan sulit untuk diubah. Atas dasar-dasar diatas budaya organisasi yang kuat didefinisikan sebagai budaya, yang nilai-nilainya baik formal maupun non formal dianut secara bersama dan berpengaruh positif terhadap perilaku dan kinerja pimpinan dan anggota orgsnisasi sehingga kuat dalam menghadapi tantangan eksternal dan internal. Nilai-nilai budaya dapat diterjemahkan sebagai filosofi usaha, asumsi dasar, slogan/moto organisasi, tujuan umum organisasi dan prinsip-prinsip yang menjelaskan usaha.

DAFTAR PUSTAKA
Agung, Dwi. 2013. Pengaruh Kedisiplinan, Lingkungan Kerja Dan Budaya Kerja Terhadap Kinerja Tenaga Pengajar. Jurnal. Universitas Islam Nahdatul Ulama Jepara.
Agus, Luthfi. 2016. Pengaruh Budaya Organisasi dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan (Perawat) Pada Rumah Sakit Wijaya Kusuma Kabupaten Lumajang. Jurnal. Universitas Jember
Anthony, R. N. dan V. Govindarajan (2007). Management Control System. McGraw-Hill
Education: Irwin
Ardana, Komang, dkk. 2008. Perilaku Keorganisasian. Edisi Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Assael, H . 1984. Consumer Behavior and Marketing Action. Boston : Kent Publishing.
Denison, Daniel R. 1990. Corporate Culture and Organizational Efektiveness. New York: John Wiley & Sons.
Julianti, L.M. 2010.Pengaruh Budaya Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Rambutan PTPN III (Persero). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Kahle, L.R. dan Kennedy P.1989, Using the List of Values (LOV) to Understand Consumers, Journal of Consumer Marketing, Vol. 6 Iss: 3, pp.5 – 12

Rokeach, Milton. 1968.  Beliefs, Attitudes, and Values. San Francisco: Jossey-Bass.

0 comments:

Post a Comment