ANALISIS
PENGARUH BUDAYA ORGANISASI PADA KINERJA PERUSAHAAN
(Studi
Kasus Organisasi Nirlaba)
Disusun Oleh
Bintang Mukhammad B A
Henri Simajuntak
Iik Yani Hidayati
Pamian Siregar
Magister
Manajemen
SEKOLAH
BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
LATAR
BELAKANG
Pendahuluan
Sumber Daya Manusia
merupakan elemen yang sangat penting dalam pengelolaan suatu organisasi, maka
diperlukan pengelolaan yang baik demi kelangsungan organisasi mencapai tujuan
sesuai yang diharapkan. Kekuatan sumber daya manusia dibentuk oleh sifat dan
karakter yang melekat pada individu-individu serta lingkungan di mana ia
berada. Suatu organisasi tentunya mempunyai tujuan yang sudah ditetapkan, dan
menjadi kewajiban anggota organisasi
untuk mencapainya sebagaimana yang telah disepakati bersama. Hasil yang dicapai
oleh organisasi sangat erat kaitannya dengan
kinerja pengawai yang ada di dalamnya.
Kinerja dapat diartikan
sebagai hasil yang dicapai oleh seorang karyawan selama periode waktu tertentu
pada bidang pekerjaan tertentu. Seorang karyawan yang memiliki kinerja yang
tinggi dan baik dapat menunjang tercapainya tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan oleh perusahaan. Untuk dapat memiliki kinerja yang tinggi dan baik,
seorang karyawan dalam dua melaksanakan pekerjaannya harus memiliki keahlian
dan keterampilan yang sesuai dengan pekerjaan yang dimilikinya.
Dalam meningkatkan
kinerja karyawannya, perusahaan menempuh beberapa cara, misalnya, melalui
pendidikan , pelatihan, pemberian kompensasi yang layak, menciptakan lingkungan
kerja yang kondusif, dan pemberian motivasi. Melalui proses-proses tersebut,
karyawan diharapkan akan lebih memaksimalkan tanggung jawab atas pekerjaan
mereka karena para karyawan telah terbekali oleh pendidikan dan pelatihan yang
tentu berkaitan dengan implementasi kerja mereka. Sedangkan pemberian
kompensasi, lingkungan kerja yang baik, serta pemberian motivasi pada dasarnya
adalah hak para karyawan dan tiga merupakan kewajiban dari pihak perusahaan
untuk mendukung kontribusi para karyawan dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditentukan.
Pada kenyataanya,
kinerja karyawan pada suatu perusahaan tidak semuanya mencapai target. Penyebab
utama perusahaan tidak tercapainya target yang diinginkan dikarenakan sumber
daya manusia dan manajemen dalam perusahaan yang kurang. Untuk pembagian tugas
antara karyawan satu dan yang lain tidak adil, sebagai contoh karyawan 4 pada
bidang tertentu begitu sibuk dengan pekerjaannya dan mungkin akan lembur untuk
menyelesaikan pekerjaannya, guna memenuhi target dan meningkatkan produktivitas
perusahaan. Sedangkan karyawan pada bidang yang berbeda tidak begitu mempunyai
pekerjaan banyak, bahkan banyak waktu yang dihabiskan untuk bersantai.
Dalam organisasi sangat
erat budaya organisasi. Budaya organisasi yaitu nilai dan kepercayaan yang
menjadi titik pusat organisasi. Budaya organisasi ini dibangun dari kepercayaan
yang dipegang teguh secara mendalam tentang bagaimana organisasi seharusnya
dijalankan atau beroperasi (Anthony, 1998).
Konsep budaya organisasi dapat merupakan suatu
pola dari asumsi-asumsi dasar yang ditemukan, diciptakan atau dikembangkan oleh
suatu kelompok tertentu dengan maksud agar organisasi belajar mengatasi atau
menanggulangi masalah-masalah yang timbul sebagai akibat adaptasi eksternal dan
integrasi internal yang sudah berjalan cukup baik. Budaya organisasi memiliki
fungsi penting dalam dinamika organisasi, misalnya memberikan identitas
organisasi bagi para warga/anggota, membentuk memantapkan struktur dan kontrol,
membantu dalam proses-proses sosialisasi mengenai kebiasaan serta
tradisi-tradisi yang dianut oleh suatu organisasi, dan membentuk, memperkuat
rasa kebersamaan, kesatuan, dan loyalitas di antara sesama warga/anggota
organisasi (Schein, 1992).
Peranan budaya
organisasi dalam menciptakan karyawan untuk dapat memiliki kinerja tinggi.
Dalam kasus ini akan membahas hubungan antara budaya organisasi pada organisasi
non profit yang mempengaruhi kinerja.
Perumusan
Masalah
Pada dasarnya setiap
organisasi menginginkan kinerja yang terbaik dari para anggota. Namun pada
dasarnya organisasi memiliki dua tipe yaitu organisasi profit dan non profit .
Perbedaan inti dari keduanya sebenarnya terletak dari sumber pendanaan dari
organisasi.
Organisasi nirlaba atau non profit adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal didalam menarik perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak komersil, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba. Organisasi nirlaba meliputi gereja, sekolah negeri, derma politik, rumah sakit dan klinik public, organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal perundang-undangan, asosiasi professional, institute riset, museum, dan beberapa para petugas pemerintah.
Organisasi nirlaba atau non profit adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal didalam menarik perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak komersil, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba. Organisasi nirlaba meliputi gereja, sekolah negeri, derma politik, rumah sakit dan klinik public, organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal perundang-undangan, asosiasi professional, institute riset, museum, dan beberapa para petugas pemerintah.
Didalam organisasi non profit sangat erat berhubungan
dengan budaya organisasi. Permasalahnya adalah pengaruh budaya organisasi
terhadap kinerja para anggota organisasi pada organisasi non profit.
TINJAUAN PUSTAKA
Personal Values
Para ahli filsafat dan
ilmuan-ilmuan sosial telah mengetahui mengenai pentingnya nilai-nilai (values)
dalam ilmu sosial, namun para cendekiawan bisnis belum banyak yang mengakui
bagaimana pentingnya. nilai-nilai bagi individu, sosial, dan perubahan sosial
(Kahle dan Kenedy, 1989). Pengaruh konsep nilai-nilai personal terhadap
perilaku telah diteliti dalam beberapa disiplin ilmu misal bidang pemasaran
(Kahle et. al, 1986) dan bidang psikologi (Rokeach, 1973). Nilai-nilai personal
mempunyai pengaruh pada perilaku seseorang melalui sikap, kemudian berpengaruh
pada perilaku akhir mereka sebagai konsumen (Homer dan Kahle, 1988). Menurut Assael (1984) nilai memiliki atribut
dengan karakter sebagai berikut: 1. Nilai dipelajari dari masyarakat sehingga
nilai merupakan bagian dari masyarakat. 2. Nilai ditransfer dari satu
masyarakat ke masyarakat yang lain. 3. Sebuah sistem nilai dimanifestasikan
oleh seperangkat norma yang mengatur perilaku. 4. Nilai bersifat stabil dan
dinamis dan evolusinya ditandai dengan siklus panjang. 5. Nilai juga dimiliki
oleh individu dari kelompok sosial yang sama.
Budaya
Organisasi
Menurut Davis (dalam
Lako, 2004: 29) budaya organisasi merupakan pola keyakinan dan nilai-nilai
organisasi yang dipahami, dijiwai dan dipraktekkan oleh organisasi sehingga
pola tersebut memberikan arti tersendiri dan menjadi dasar aturan berperilaku
dalam organisasi. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Mangkunegara (2005: 113)
yang menyatakan bahwa budaya organisasi adalah seperangkat asumsi atau sistem
keyakinan, nilai-nilai, dan norma yang dikembangkan dalam organisasi yang
dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah
adaptasi eksternal dan internal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa budaya
organisasi merupakan pola keyakinan dan nilai-nilai organisasi yang diyakini
dan dijiwai oleh seluruh anggotanya dalam melakukan pekerjaan sebagai cara yang
tepat untuk memahami, memikirkan, dan merasakan terhadap masalah-masalah
terkait, sehingga akan menjadi sebuah nilai atau aturan di dalam organisasi
tersebut.
Beberapa ahli
mengemukakan elemen budaya organisasi, seperti Denison (1990) antara lain :
nilai-nilai, keyakinan dan prinsip-prinsip dasar, dan praktek-praktek manajemen
serta perilaku. Serta Schein (1992) yaitu : pola asumsi dasar bersama, nilai
dan cara untuk melihat, berfikir dan merasakan, dan artefak.
Kinerja Perusahaan
Landasan yang
sesungguhnya dalam suatu organisasi adalah kinerja. Jika tidak ada kinerja maka
seluruh bagian organisasi, maka tujuan tidak dapat tercapai. Kinerja perlu
dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi pemimpin atau manajer. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia yang dikutip dan diterjemahkan oleh Hadari Nawawi (2006: 63)
mengatakan bahwa “Kinerja adalah (a) sesuatu yang dicapai, (b) prestasi yang
diperlihatkan, (c) kemampuan kerja”. Definisi lain mengenai kinerja menurut
Hadari Nawawi (2006: 63) adalah “Kinerja dikatakan tinggi apabila suatu target
kerja dapat diselesaikan pada waktu yang tepat atau tidak melampui batas waktu
yang disediakan”. Kinerja menjadi rendah jika diselesaikan melampui batas waktu
yang disediakan atau sama sekali tidak terselesaikan.
Menurut
Malayu S.P. Hasibuan (2006: 94) menjelaskan bahwa “Kinerja merupakan hasil
kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta waktu”.
Sedangkan menurut Suyadi Prawirosentono (2008: 2) “Kinerja atau dalam bahasa
inggris adalah performance”, yaitu: Hasil kerja yang dapat dicapai oleh
seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi
bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun
etika.
Adapun indikator
kinerja karyawan menurut Guritno dan Waridin (2005) adalah sebagai berikut :
a. Mampu
meningkatkan target pekerjaan.
b. Mampu
menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.
c. Mampu
menciptakan inovasi dalam menyelesaikan pekerjaan.
d. Mampu
menciptakan kreativitas dalam menyelesaikan pekerjaan.
e. Mampu
meminimalkan kesalahan pekerjaan.
Organisasi
Non Profit
Organisasi
nirlaba atau organisasi non-profit adalah suatu organisasi yang bersasaran
pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal didalam menarik perhatian publik
untuk suatu tujuan yang tidak komersial, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal
yang bersifat mencari laba (moneter). (Komang, 2008) Karakter dan tujuan dari
organisasi non-profit menjadi jelas terlihat ketika dibandingkan dengan
organisasi profit. Organisasi non-profit berdiri untuk mewujudkan perubahan
pada individu atau komunitas, sedangkan organisasi profit sesuai dengan namanya
jelas-jelas bertujuan untuk mencari keuntungan. Organisasi non-profit
menjadikan sumber daya manusia sebagai asset yang paling berharga, karena semua
aktivitas organisasi ini pada dasarnya adalah dari, oleh dan untuk manusia.
(Komang, 2008)
Organisasi profit
memiliki kepentingan yang besar terhadap berkembangnya organisasi nirlaba. Dari
organisasi inilah sumber daya manusia yang handal terlahir, memiliki daya saing
yang tinggi, aspek kepemimpinan, serta sigap menghadapi perubahan. Hampir
diseluruh dunia ini, organisasi nirlaba merupakan agen perubahan terhadap
tatanan hidup suatu komunitas yang lebih baik. Daya jelajah mereka menyentuh pelosok dunia yang bahkan tidak
bisa terlayani oleh organisasi pemerintah. Kita telah saksikan sendiri,
bagaimana efektifnya daya jelajah organisasi nirlaba ketika terjdi bencana
tsunami di Aceh, ratusan organisasi nirlaba dari seluruh dunia seakan berlomba
membuat prestasi tehadap proyek kemanusiaan bagi masyarakat Aceh. (Komang,
2008).
Penelitian Organisasi
Non Profit
Pada penelitan
yang dilakukan oleh jose carlos dengan mengunakan sample sebanyak 143
organisasi kesehatan dengan mengunakan alat analisis SEM. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa budaya organisasi memiliki pengaruh terhadap kinerja para anggota organisasi. Hal ini disebabkan
nilai-nilai tersebut berpengaruh pada pembentukan sikap dan perilaku para
anggota dalam rangka mencapai tujuan organisasinya.
Hasil
penelitian yang dilakukan Dwi Agung (2013) terkait pengaruh kedisiplinan,
lingkungan kerja dan budaya kerja terhadap kinerja tenaga pengajar, dimana
mengunakan sample sebanyak 30 orang yang dilakukan dengan regresi linier
berganda. Menyatakan bahwa budaya kerja merupakan faktor yang memiliki pengaruh
positif (signifikan) terhadap kinerja tenaga pengajar di Yayasan Pendidikan
Luar Biasa.
Penelitian oleh
penelitian dari Julianti (2010) yang menyatakan bahwa budaya kerja berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Budaya kerja yang kuat dapat
menciptakan suasana kerja yang kondusif sehingga kualitas kerja akan meningkat
dan merupakan kunci keberhasilan bagi suatu organisasi, di mana keberhasilan
organisasi menjadi satu indikator kepuasan kerja karyawan.
Pada penelitian yang
dilakukan agus terkait pengaruh budaya terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit
Wijaya Lumajang. Hasilnya bahwa budaya organisasi memiliki pengaruh positif
terhadap kinerja karyawan terutama perawat. Hal ini dapat ditunjukkan dari
konsep budaya dasar organisasi Rumah Sakit yaitu pelayanan dirasa sudah cukup
terpenuhi dengan penanganan yang tanggap oleh perawat Rumah Sakit Wijaya Kusuma
Kabupaten Lumajang.
KERANGKA
PEMIKIRAN
Budaya perusahaan dapat
dilihat dari nilai-nilai yang terkandung di dalam perusahaan, dimana
nilai-nilai tersebut merupakan acuan bagi karyawan dalam berperilaku untuk
mencapai tujuan perusahaan. Budaya perusahaan yang telah disosialisasikan
diharapkan dapat meningkatkan kinerja karyawan. Selain budaya perusahaan,
tingkat stressors kerja yang dirasakan oleh karyawan juga akan mempengaruhi
kinerja karyawan.
HASIL
& PEMBAHASAN
Setiap
organisasi tentunya memiliki definisi yang berbeda-beda mengenai budaya
organisasi. budaya organisasi adalah sistem nilai bersama dalam suatu
organisasi yang menentukan tingkat upaya anggota dalam melakukan kegiatan untuk
mencapai tujuan organsasi. Budaya orgnisasi juga didefinisikan sebagai suatu
nilai-nilai yang memedomani sumber daya manusia dalam menghadapi permasalahan
eksternal dan upaya penyesuaian integrasi ke dalam perusahaan, sehingga
masingmasing anggota organisasi harus memahami nilai-nilai yang ada serta
mengerti bagaimana bagaimana mereka harus bertingkah laku.
Semua sumber daya
manusia harus dapat memahami dengan benar budaya organisasinya, karena
pemahaman ini sangat berkaitan dengan setiap langkah atau pun kegiatan yang
dilakukan, baik perencanaan yang bersifat strategis dan taktikal maupun
kegiatan implementasi perencanaan di mana setiap kegiatan tersebut harus
berdasar pada budaya organisasi.
Kesinambungan
organisasi sangat bergantung pada budaya yang dimiliki. Budaya organisasi dapat
dimanfaatkan sebagai daya saing andalan organisasi dalam menjawab tantangan dan
perubahan. Budaya organisasipun dapat berfungsi sebagai rantai pengikat dalam
proses menyamakan persepsi atau arah pandang anggota terhadap kekuatan dalam
pencapaian tujuan organisasi. Beberapa manfaat budaya organisasi :
1.
Membatasi peran yang membedakan antara
organisasi yang satu dengan organisasi lain karena setiap organisasi mempunyai
peran yang berbeda sehingga perlu memiliki akar budaya yang kuat dalam sistem
dan kegiatan di dalamnya.
2.
Menimbulkan rasa memiliki identitas bagi
anggota. Dengan budaya yang kuat, anggota organisasi akan merasa memiliki
identitas yang merupakan ciri khas organisasinya.
3.
Mementingkan tujuan bersama dari pada
mengutamakan kepentingan individu.
4.
Menjaga stabilitas organisasi;
komponen-komponen organisasi yang direkatkan oleh pemahaman budaya yang sama
akan membuat kondisi internal organisasi relatif stabil.
Keempat fungsi tersebut
menunjukkan bahwa budaya dapat membentuk perilaku dan tindakan anggota di dalam
menjalankan aktivitasnya. Oleh karena itu nilai-nilai yang ada dalam organisasi
perlu ditanamkan sejak dini pada diri setiap anggota. Organisasi bersifat
profit dan non profit akan dapat berjalan dengan baik jika memiliki dan dapat
menerapkan budaya organisasi. Sehingga dapat termanifestasikan dalam kegiatan
beroganisasi.
Produktivitas
kerja merupakan suatu konsep yang menunjukkan adanya kaitan output dengan input
yang dibutuhkan seorang tenaga kerja untuk menghasilkan produk. Pengukuran
produktivitas dilakukan dengan melihat jumlah output yang dihasilkan oleh
setiap pegawai selama sebulan. Seorang pegawai dapat dikatakan produktiv
apabila ia mampu menghasilkan jumlah produk yang lebih banyak dibandingkan
dengan pegawai lain dalam waktu yang sama.
Dapat
dikatakan bahwa produktivitas adalah perbandingan antara hasil dari suatu
pekerjaan karyawan dengan pengorbanan yang telah dikeluarkan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sondang P. Siagian bahwa produktivitas adalah kemampuan
memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari sarana dan prasarana yang
tersedia dengan menghasilkan output yang optimal bahkan kalau mungkin yang
maksimal. Produktivitas pada hakekatnya meliputi sikap yang senantiasa
mempunyai pandangan bahwa metode kerja hari ini harus lebih baik dari metode
kerja kemarin dan hasil yang dapat diraih esok harus lebih banyak atau
lebih bermutu daripada hasil yang diraih hari ini. Faktor yang
mempengaruhi produktivitas kerja
1.
Beban kerja
Berhubungan langsung dengan beban
fisik, mental maupun sosial yang mempengaruhi tenaga kerja sehingga upaya
penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan.
2.
Kapasitas kerja
Kapasitas kerja adalah kemampuan
seseorang untuk menyelesaikan pekerjaannya pada waktu tertentu. Kapasitas kerja
sangat bergantung pada jenis kelamin, pendidikan, ketrampilan, usia dan
status gizi.
3.
Beban tambahan akibat lingkungan kerja
Lingkungan kerja yang buruk akan
memberikan dampak yang buruk juga berupa penurunan produktivitas kerja,
antara lain:
- Faktor fisik seperti panas,
iklim kerja, kebisingan, pencahayaan, dangetaran.
- Faktor kimia seperti bahan-
bahan kimia, gas, uap, kabut, debu, partikel.
- Faktor biologis seperti
penyakit yang disebabkan infeksi, jamur, virus, dan parasit.
- Fisiologis, letak kesesuaian
ukuran tubuh tenaga kerja dengan peralatan, beban kerja, posisi dan
cara kerja yang akan mempengaruhi produktivitas kerja.
- Faktor psikologis, berupa
kesesuaian antara hubungan kerja antar karyawan sendiri, karyawan
atasan, suasana kerja yang kurang baik serta pekerjaan yang monoton.
Budaya organisasi yang
baik apabila bersifat global namun tidak general. Hal ini disebabkan adanya
perbedaan jenis dan sifat dari organisasi tersebut. Dalam implementasi
penerapan budaya organisasi sering sekali menghadapi kendala seperti :
·
Perbedaan dasar budaya dari organisasi.
·
Para pekerja yang belum memiliki
keyakinan yang sama terkait dengan budaya yang diterapkan oleh organisasi.
Dari hal diatas
sebaiknya para perancang budaya organisasi harus mengetahui dasar nilai-nilai
dasar dari organisasi.
Berdasarkan banyak penelitian sebelumnnya, terkait
hubungan budaya organisasi mempengaruhi kinerja adalah sebuah yang dapat dibenarkan.
Apabila budaya organisasi yang ada, didasarkan pada:
·
Nilai-nilai budaya
organisasi di anut secara bersama oleh seluruh pimpinan dan anggota organisasi.
·
Nilai-nilai budaya
mempengaruhi perilaku pemimpin dan anggota organisasi.
·
Membangkitkan semangat
perilaku pimpinan dan anggota organisasi
·
Resisten (kuat)
terhadap tantangan eksternal dan internal.
·
Mempuyai sistem
peraturan formal dan informal.
·
Mempunyai koordinasi
dan kontrol perilaku.
Variabel
Budaya yang Mempengaruhi Kinerja
Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan. Dapat
dilihat bahwa terdaat beberapa variabel terkait budaya yang dapat mempengaruhi
kinerja dari sebuah organisasi. Adapun variabel tersebut yaitu : variabel adaptasi, variabel misi, variabel
konsistensi, dan variabel keterlibatan. Berdasarkan beberapa penelian terkait
pengaruh budaya pada kinerja. Dapat dikatakan bahwa budaya organisasi
berpengaruh positif terhadap kinerja dari anggota .
KESIMPULAN
Banyak organisasi saat
ini dituntut untu mengedepankan penanaman nilai-nilai ungul perusahaan melalui
pemahaman mengenai budaya organisasi. Dalam implementasinya sebuah organisasi
menyakini ketika budaya organisasi telah tertanam pada anggotanya maka kinerja
yang akan diberikan akan dapat untuk
membantu dalam pencapaian tujuan organisasi.
Budaya
organisasi memiliki peran yang sangat strategis untuk mendorong dan
meningkatkan efektivitas organisasi pada umumnya, dan khususnya kinerja
karyawan yang berkerja di dalam suatu organisasi, baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Peran budaya organisasi adalah sebagai alat untuk
menentukan arah organisasi, mengarahkan apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan karyawan, bagaimana mengalokasikan dan mengelola sumber daya
organisasi, dan juga sebagai alat untuk menghadapi masalah dan peluang dari
lingkungan organisasi. Keberhasilan dalam pembentukan budaya organisai yang
sesuai dengan kondisi saat ini tergantung pada peran pemimpin dalam
mengkoordinasi, menggerakkan, dan menyelaraskan semua sumber daya manusia yang
ada diorganisasi tersebut.
Suatu
organisasi itu harus mempunyai budaya organisasi yang kuat sampai berakar,
sehingga mengakibatkan sulit untuk diubah. Atas dasar-dasar diatas budaya
organisasi yang kuat didefinisikan sebagai budaya, yang nilai-nilainya baik
formal maupun non formal dianut secara bersama dan berpengaruh positif terhadap
perilaku dan kinerja pimpinan dan anggota orgsnisasi sehingga kuat dalam
menghadapi tantangan eksternal dan internal. Nilai-nilai budaya dapat
diterjemahkan sebagai filosofi usaha, asumsi dasar, slogan/moto organisasi,
tujuan umum organisasi dan prinsip-prinsip yang menjelaskan usaha.
DAFTAR
PUSTAKA
Agung, Dwi. 2013. Pengaruh Kedisiplinan, Lingkungan
Kerja Dan Budaya Kerja Terhadap Kinerja Tenaga Pengajar. Jurnal. Universitas
Islam Nahdatul Ulama Jepara.
Agus, Luthfi. 2016. Pengaruh Budaya Organisasi dan
Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan (Perawat) Pada Rumah Sakit Wijaya Kusuma
Kabupaten Lumajang. Jurnal. Universitas Jember
Anthony, R. N. dan V.
Govindarajan (2007). Management Control System. McGraw-Hill
Education: Irwin
Education: Irwin
Ardana, Komang, dkk. 2008. Perilaku Keorganisasian.
Edisi Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Assael, H . 1984. Consumer Behavior and Marketing
Action. Boston : Kent Publishing.
Denison, Daniel R. 1990. Corporate Culture and
Organizational Efektiveness. New York: John Wiley & Sons.
Julianti, L.M. 2010.Pengaruh Budaya Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan Pada Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Rambutan PTPN III (Persero).
Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Kahle, L.R. dan Kennedy P.1989, Using the List of
Values (LOV) to Understand Consumers, Journal of Consumer Marketing, Vol. 6
Iss: 3, pp.5 – 12
Rokeach, Milton. 1968. Beliefs, Attitudes, and Values. San Francisco:
Jossey-Bass.
0 comments:
Post a Comment